Pages

Selasa, 01 November 2011

Askep Kista Ovari

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.
Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain. Sedangkan kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh dalam indung telur (ovarium).
Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah berada dalam stadium akhir. Kista dermoid yang merupakan bagian dari kista ovarium 80 % didapati pada penderita yang berusia antara 20-30 tahun.
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko tumor menjadi ganas berkurang, oleh karena itu kista dapat dikontrol dengan USG pelvic. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause.
Pada usia rata-rata 30 tahun, tumor rata-rata berukuran 6 cm dan teratoma bilateral kira-kira 10 %. Sebagian besar wanita dengan teratoma matur bersifat asimptomatik. Pada kista dermoid yang simptomatik,sebagian besar timbul nyeri perut dan perasan yang tidak menyenangkan.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi).
Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah kista fungsional dan jinak. Di Amerika , karsinoma ovarium didiagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Kista Ovari?
2. Apa saja etiologi Kista Ovari?
3. Bagaimana manifestasi klinis Kista Ovari?
4. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Kista Ovari?
5. Bagaimana patifisiologi Kista Ovari?
6. Bagaimana penatalaksaan pada klien dengan Kista Ovari?
7. Bagaimanakah prognosis dari Kista Ovari?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit Kista Ovari?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Memahami konsep teori, patofisiologi dan asuhan keperawatan pada kista ovari.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem reproduksi wanita
2. Mengetahui definisi dari kista ovari
3. Mengetahui klasifikasi kista ovari
4. Mengetahui etiologi kista ovari
5. Mengetahui faktor resiko kista ovari
6. Mengetahui manifestasi klinis dari kista ovari
7. Mengetahui patofisiologi terjadinya kista ovari
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada kista ovari
9. Mengetahui diagnostik banding dari kista ovari
10. Mengetahui penatalaksanaan pada kista ovari
11. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan kista ovari
12. Mengetahui prognosis dari kista ovari
1.4 Manfaat
1. Memudahkan dan membantu mahasiswa untuk memahami konsep teori, patofisiologi dan asuhan keperawatan pada kista ovari agar dapat diterapkan dalam praktik keperawatan.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Insipidus
3. Memahami dan memenuhi kebutuhan penderita Diabetes Insipidus
4. Meningkatkan soft skill sebagai perawat profesional untuk memenuhi kebutuhan dasar penderita Diabetes Insipidus dalam proses penyembuhan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.

Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang , sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum.

Struktur ovarium terdiri atas:
a. korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial
b. medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-pembuluh darah, , serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.
Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
a. ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus pula
b. stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor follikuli
c. teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel yang lebih kecildaripada sel granulose
d. teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli. Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat diantaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi , korpus luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2.5 cm pada kehamilan 4 bulan.

2.2 Definisi
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur (ovarium). Cairan ini dapat terkumpul dan dibungkus oleh semacam kapsul yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium.

2.3 Klasifikasi
Kista ovarium biasanya tidak bersifat kanker, namun walaupun kista tersebut kecil diperlukan perhatian lebih lanjut untuk memastikan kista tersebut tidak berupa kanker. Berdasarkan tingkat keganasannya, kista dibedakan menjadi dua macam, yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik.
a. Kista ovarium non neoplastik
1. Kista folikel
2. Kista korpus lutein
3. Kista teka lutein
4. Kista inklusi germinal
5. Kista endometrium
b. Neoplasti jinak
kistik:
1. Kistoma ovari simpleks
2. Kistadenoma ovarii serosum
3. Kistadenoma ovarii musinosum
4. Kista endometroid
5. Kista dermoid
solid:
1. Fibroma
2. Leimioma
3. Fibroadenoma
4. Papiloma
5. Angioma
6. Limfangioma
7. Tumor brenner
8. Tumor sisa adrenal

2.4 Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Secara normal, satu sel telur akan dihasilkan setiap bulannya. Sel telur ini berada dalam suatu kantong yang disebut dengan folikel dan sekitar hari ke 14 setelah mens, sel telur akan dilepskan dari indung telur yang dinamakan ovulasi. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.
Kista ovarium cukup sering dialami wanita disaat usia reproduksinya. Kista bisa bervariasi ukurannya serta terdapat berbagai macam jenis kista ovarium. Ada yang berisi cairan jernih yang biasanya disebut kista fungsional, kista luteum, kistadenoma, berisi darah seperti kista merah (rubrum), kista berisi gigi, rambut dan cairan lemak yang disebut kista dermoid, berisi jaringan ikat yang padat seperti fibroma. Kebanyakan kista jinak, sementara sebagian kecil lainnya bisa berupa kista yang ganas, sehingga semua bentuk kista harus diperiksakan ke dokter.
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta terapi hormone.
2.5 Faktor resiko terjadinya kista ovarium
a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini (usia 11 tahun atau lebih muda)
e. Tingkat kesuburan
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
g. Terapi tamosifen pada kanker mamma

2.6 Manifestasi Klinis
1. Nyeri perut
2. Tumor adneksa pada periksa dalam
3. Massa tumor di perut bawah
4. Perdarahan vaginal ringan
Kista yang berukuran besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala seperti:
1. Rasa sakit pada panggul
2. Sakit pinggang
3. Sakit saat berhubungan seksual
4. Pendarahan rahim yang abnormal.

Sebagian besar wanita tidak menyadari bila dirinya menderita kista. Gejala yang dapat ditimbulkan biasanya adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista, pembesaran kista sehingga terjadi penekanan organ disekitarnya, perdarahan yang terjadi di dalam kista dan tangkai kista yang terpeluntir. Pada kasus kista ovarium yang ganas, nyeri dapat terjadi jika sudah terdapat penyebaran anak sel ganas di sekitar rongga perut.

2.7 Patofisiologi
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan perbesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Pertanyaan-pertanyaan besar yang perlu dijawab setelah ditemukannya suatu massa di panggul adalah :
1. Apa jenis massa itu dan apakah ganas?
2. Apakah ada kemungkinan besar bahwa massa akan mengecil dengan sendirinya?
3. Apakah massa akan menyebabkan distosia dan/atau mengalami torsio serta mungkin ruptur?
Hanya waktu, surveilans ultrasonografi serial, dan persalinan yang akan menjawab dua pertanyaan terakhir. Mengenai pertanyaan pertama, Kier dkk. (1990) melaporkan bahwa MRI dengan tepat mengidentifikasi asal dari massa panggul yang tidak diketahui pada 17 dari 17 kasus versus 12 dari 17 kasus (70%) dengan sonografi. Mereka menyimpulkan bahwa MRI merupakan pelengkap yang bermanfaat bagi sonografi dalam evaluasi praoperasi. Kurjak dan Zalud (1990) mengklaim bahwa pemeriksaan Doppler berwarna transvagina terhadap vaskularitas tumor dapat digunakan untuk lebih mengetahui karakteritik tumor dapat digunakan untuk lebih mengetahui karakteristik tumor adneksa dan mungkin bermanfaat sebagai penapis untuk keganasan ovarium. Sebagian besar dokter menganjurkan laparotomi eksplorasi apabila ada keraguan tentang kemungkian keganasan.
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista. MRI juga dapat dilakukan untuk melihat beberapa kista tertentu seperti kista endometriosis. Ada beberapa kriteria pemeriksaan untuk memprediksi apakah kista tersebut ganas/jinak. Akan tetapi ketepatan pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh pemeriksaan patologi anatomi setelah kista tersebut telah diangkat.
Gambaran radiologis kista ovarium dapat dilihat pada pemeriksaan foto polos pelvis, ultrasonografi, nuclear medicine, CT-Scan, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Foto Polos Pelvis
Ultrasonografi Kista Ovarium
a. Dapat membantu untuk mengetahui karakteristik dari kista ovarium
b. Kista unilokuler dan memiliki dinding tipis yang mengelilingi suatu kavitas yang terdiri dari terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista . Kista ini tidak mungkin menjadi suatu kanker. Sebagian besar kista tersebut adalah folikular fungsional atau kista luteal kistadenoma serosa atau kista inklusi.
c. Kista kompleks memiliki lebih dari satu ruangan/septa (multiokular) , dinding tebal, proyeksi ke dalam lumen atau pada permukaan atau kondisi abnormal dalam isi kista. Kista maligna biasanya termasuk dalam kategori ini.
d. Kista hemoragik, endometrioma dan dermoid pada pemeriksaan sonogram memiliki karakteristik yang dapat membantu untuk membedakannya dari kista maligna kompleks.
e. Sonogram tidak dapat membantu untuk membedakan hidrosalpin, paraovarian, dan kista tuba dari kista ovarium.
f. Ultrasonografi endovaginal dapat menguraikan secara rinci struktur morfologi pelvis.
g. Ultrasonografi transabdominal lebih baik daripada endovaginal ultrasonografi untuk evaluasi besarnya massa dan menilai struktur intraabdominal lain seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
2.9 Diagnosa
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista. MRI juga dapat dilakukan untuk melihat beberapa kista tertentu seperti kista endometriosis. Ada beberapa kriteria pemeriksaan untuk memprediksi apakah kista tersebut ganas/jinak. Akan tetapi ketepatan pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh pemeriksaan patologi anatomi setelah kista tersebut telah diangkat.
2.10 Diagnosis Banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit dengan gejala yang sama pada kista ovarium, adalah :
a. Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
b. Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan intrauterine. Pada awal kehamilan, ovarium mungkin membesar, menimbulkan kecurigaan adanya neoplasma. Ovariumyang diameternya kurang dari 6 cm biasanya disebabkan oleh terbentuknya korpus luteum.
c. Kanker Ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.

2.11 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan Medis
Thronton dan Wells (1987) melaporkan bahwa dengan dikembangkannya sonografi beresolusi tinggi, dapat dilakukan pendekatan konservatif terhadap kista ovarium berdasarkan karakteristik sonografiknya. Mereka menganjurkan reseksi semua kista yang dicurigai mengalami rupture, torsio, atau menghambat persalinan, dan yang diameternya lebih dari 10 cm karena meningkatnya resiko kanker pada kista besar. Kista yang ukurannya kurang dari 5 cm bias dibiarkan. Pada kista dengan diameter 5 sampai 10 cm kita dapat menungu apabila gambarannya berupa kista simpleks. Whitecar dkk. (1999) menentang pendekatan ini karena separuh dari 41 wanita dengan kista simpleks pada sonografi ternyata mengidap neoplasma. Dari 20 ini, terdapat dua yang mengidap tumor serosa dengan potensi keganasan rendah. Sebagian besar sependapat bahwa apabila kista berukuran 5 sampai 10 cm memiliki septa atau nodulus, atau apabila terdapat komponen padat, maka kista harus direseksi.
Fleischer dkk. (1990) menganjurkan observasi untuk wanita asimtomatik dengan massa kurang dari 5 cm. Apabila massa membesar, menimbulkan gejala, atau memperlihatkan gambaran sonografik yang mencurigakan, adanya keganasan sangat perlu dipikirkan. Beberapa dari gambaran tersebut adalah septum ireguler, pertumbuhan papiler berlebihan, atau daerah padat yang luas. Caspi dkk. (2000) mendukung anjuran ini. Mereka melaporkan 49 wanita dengan teratoma kistik ovarium berukuran kurang dari 6 cm yang didiagnosis secara sonografis. Selain abortus, terjadi 63 kehamilan tanpa penyulit torsio, rupture, atau obstruksi persalinan.
Hess dkk. (1988) menganjurkan reseksi elektif setiap massa ovarium berukuran 6 cm atau lebih yang menetap setelah 16 minggu. Mereka melaporkan perbaikan hasil akhir kehamilan pada wanita yang menjalani tindakan ini dibandingkan dengan yang terpaksa menjalani tindakan darurat karena kista mengalami rupture, terpuntir, atau infark. Platek dkk. (1995) melaporkan penatalaksanaan semacam ini pada massa adneksa persisten yang ukurannya 6 cm atau lebih – termasuk yang bersifat simpleks atau kompleks. Mereka menyebut insiden penyulit ini sebesar 1 per 1400 pada lebih dari 43.000 wanita setelah minggu ke-16. Penelitian mereka bersifat retrospektif dan multi-institusi; karenanya penanganan bervariasi. Dari 31 wanita dengan massa persisten, 60 persen menjalani intervensi operatif. Sebagian besar dari massa ini (13 dari 19) adalah kista jinak, dan 6 dari 19 adalah teratoma kistik jinak. Dari 12 wanita yang ditangani secara konservatif, lima mengalami gejala dan dilakukan drainase kista ovarium jinak dengan gambaran sitologi negative. Dalam studi retrospektif lainnya, Parker dkk. (1996) melaporkan laparoskopi pada usia gestasi antara 9 dan 17 minggu untuk mengangkat teratoma kistik jinak pada 12 wanita. Walaupun 10 dari 12 tumor ini-5 sampai 13 cm-mengalami ruptur saat dioperasi, tidak timbul tanda-tanda peritonitis.

Pengobatan
Kista biasa ditemukan secara kebetulan saat dokter melakukan pemeriksaan USG. Umumnya kista fungsional pada wanita usia subur akan menghilang dengan sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan tanpa pengobatan. Beberapa diantaranya pecah spontan, namun tidak menimbulkan gejala yang berarti. Akan tetapi jika kista pecah dan menimbulkan perdarahan didalam rongga perut dan nyeri hebat. Dalam situasi ini diperlukan tindakan operasi segera, karena jika tidak dilakukan penghentian perdarahan melalui operasi, maka penderita akan banyak kehilangan darah. Ini yang disebut sebagai kista perdarahan.
Meskipun demikian, kista ovarium yang ditemukan memerlukan pengawasan ketat terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila ternyata tidak bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan menghilang sendiri.
Pemeriksaan USG sangat berperanan dalam pengawasan kista ovarium. Dengan USG dapat dilihat perkembangan besarnya kista, perubahan bentuk dan isi kista.
Jika memang kista ovarium tumbuh membesar dan menimbulkan keluhan maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan kista dan memeriksakan jaringan kista ke laboratorium patologi anatomi untuk mengetahui kemungkinan kista tersebut berkembang menjadi kanker.
Metode pengobatan kista ovarium sangat tergantung dari tipe, ukuran kista, dan usia penderita. Misalnya kista folikel, biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-3 bulan. Demikian pula kista granulosa lutein, yang sering terjadi pada ibu hamil, bisa sembuh perlahan-lahan pada masa-masa akhir kehamilan, sehingga jarang dilakukan operasi. Sedangkan kista techa lutein menghilang sendiri jika faktor penyebabnya telah dihilangkan.
Yang rumit adalah kista polisistik, atau kista yang sudah menetap di indung telur yang menetap. Biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit. Pada kista fungsional bisa menggunakan pil kontrasepsi untuk mengecilkan ukuran kista, sekaligus mengurangi potensi pertumbuhan kista.
Dalam keadaan kronis, di mana jika kista cepat sekali membesar dan tidak bisa hilang setelah dilakukan beberapa terapi, maka dokter akan melakukan pembedahan yang dapat mengangkat seluruh peranakan (histerectomy). Hal ini biasanya terjadi pada perempuan yang sudah memasuki masa menopause. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan:
1. Pendekatan accewait and seeac
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur, tanpa gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita pascamenopause jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
2. Pil kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
3. Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 siklus haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-gejala berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista tersebut bukan kanker, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kista tersebut merupakan kanker, dokter akan menyarankan tindakan histerektomi untuk pengangkatan ovarium.
4. Terapi Herbal
Berikut ini beberapa contoh resep/ramuan tumbuhan obat untuk mengatasi kista ovarium menurut Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma:
a. 60 gram temu putih segar + 15 gram sambiloto kering atau 30 gram yang segar, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, airnya diminum dua kali sehari, setiap kali minum 150 cc.
b. 30 gram daun dewa segar + 50 gram temu mangga + 5 gram daging buah mahkota dewa kering, direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, disaring, airnya diminum untuk dua kali sehari, setiap kali minum 200 cc.
c. 60 gram benalu yang hidup di pohon teh + 30 gram rumput mutiara atau rumput lidah ular kembang putih, direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, disaring, airnya diminum untuk dua kali sehari, setiap kali minum 200 cc.
Pencegahan
Yang terbaik adalah berusaha mencegah kehadiran kista ovarium. Tindak pencegahan ini dapat dilakukan dengan rutin melakukan pemeriksaan yang meliputi empat hal. Pertama, pemeriksaan ginekologi untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya.
Kedua, pemeriksaan USG, kalau perlu menggunakan alat doppler untuk mendeteksi aliran darah. Ketiga, pemeriksaan penanda tumor (tumor marker). Keempat, pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu.
Pemeriksaan ini terutama dianjurkan kepada perempuan dengan risiko mengalami kanker ovarium. Dalam hal ini, ada empat kelompok berisiko, yaitu perempuan yang haid pertamanya lebih awal dan menopause lebih lambat.
Kemudian perempuan yang tak pernah atau sulit hamil, perempuan dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium, serta perempuan penderita kanker payudara dan kanker usus (kolon).

2.12 Komplikasi
Mekanisme terjadinya kanker indung telur masih belum jelas. Wanita yang berusia diatas 40 tahun dan wanita dengan riwayat keluarga inti menderita kanker payudara dianjurkan melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium dan kanker payudara.

2.13 Prognosis
Kelangsungan Hidup
Prognosis untuk baik jinak baik. Namun untuk kista yang dapat berkembang untuk menjadi kanker ovarium angka kelangsungan hidup 5 tahun (“5 Years survival rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian besar penderita 60-70% ditemukan dalm keadaan stadium lanjut.
Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun.

Kelangsungan Organ
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun tidak akan menimbulkan gejala yang berarti.Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak memerlukan penanganan medis.
Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan USG. Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan mengecil sendiri.

BAB 3
ANALISA KASUS

3.1 Kasus
Nn D usia 22 tahun kiriman poli kebidanan tanggal 30 September jam 10.00 dengan keluhan sakit pada perut bagian bawah, termasuk pinggang dan panggul, juga bengkak yang dirasakan sejak 2 tahun yang lalu .Makin lama makin besar sampai sebesar tinju .pasien juga menyatakan riwayat perdarahan vaginal ringan yang abnormal. Pasien belum menikah Pada tahun 2002 pernah menjalani operasi Apendiks di RS M Djamil.
Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa terdapat massa di ovarium berupa kantong berisi cairan (kista). Kista tersebut berukuran lebih dari 6 cm. Oleh karena itu, operasi pengangkatan kista direncanakan sebagai penatalaksanaan bagi pasien.
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1. PENGKAJIAN
A. Identitas/Biodata
Nama Klien : Nn. D.
Umur : 22 tahun
Suku : Minang
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat rumah : Jln Muara Panyalinan PS Nan 3 BSD 1 Blok 5 No 8 Lbk Buaya
B. Keluhan Utama
Sakit pada perut bagian bawah dan bengkak
C. Riwayat kesehatan
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien adalah rujukan dari puskesmas Lubuk Buaya lalu klien dirujuk ke RS M Djamil dan masuk ke bangsal Ginekologi pada tanggal 2 september 2008 pukul 12.00 wib.Pada saat pengkajian klien sudah selesai dioperasi apendiks.
• Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit tumor.Pada tahun 2004 klien pernah operasi apendik di RS M Djamil padang.
• Riwayat Obstetri.
Riwayat Menstruasi:
Menarche : 14 th.
Siklus haid : 1x 30 hari.
Lama Haid : 4-5 hari.
Banyaknya : 2-3 x ganti.
Bau : Amis.
Warna : Merah kecoklatan.
Keluhan : Nyeri haid.
D. ROS: Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Tanda vital:
1. TD : 110/70 mmHg.
2. Nadi : 84 x/menit
3. Pernafasan : 22 x/menit
4. Suhu : 370o C
o Rambut
Hitam dan bersih
o Konjungtiva
Merah muda
o Wajah
Ekspresi wajah menampakkan ekspresi gelisah dan kesakitan
o Abdomen
Inspeksi : bengkak dan membesar. Palpasi : nyeri tekan. Perkusi : redup. Auskultasi : -
Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi : -
b. Pola nutrisi dan metabolik
-

c. Pola elimnasi
BAB 1x dalam 3 hari
d. Pola aktivitas dan latihan
Klien beresiko kista atau tangkai kistanya terpluntir bila aktivitas atau mobilisasi berlebih.
e. Pola istirahat dan tidur
Klien gelisah dan sukar tidur
f. Persepsi diri dan konsep diri
Klien merasacemas dengan penyakitnya serta tindakan pembedahan yang akan dilakukan
g. Pola reproduksi dan seksual
Nyeri saat menstruasi


Analisa Data Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Evaluasi
DO : perut bengkak
Skala nyeri 8
DS : pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor
Mengurangi rasa nyeri Setelah diberi tindakan keperawatan, nyeri berkurang (skala nyeri berkurang) sampai hilang sama sekali a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
b. Atur posisi senyaman mungkin.


c. Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.
d. Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi. mengidentifikasi lingkup masalah
Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri
menghilangkan rasa nyeri

Merelaksasi otot – otot tubuh S : klien menyatakan rasa nyeri sudah berkurang
O : skala nyeri berkurang
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi poin D
DO : pasien tampak gelisah
DS : pasien mengeluhkan susah tidur dan beraktivitas Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya Mengatasi rasa kecemasan Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang a. Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.
b. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.

c. Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya
Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya
Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat kecemasan klien. S : cemas sudah teratasi, tidur nyenyak dan teratur
O : gelisah tidak tampak
A : masalah teratasi
P : akhiri intervensi
DO : perut membesar
DS : pasien mengatakan BAB 1x dalam 3 hari Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan penekanan daerah sekitar tumor. Menghindari resiko gangguan BAB/BAK Gangguan BAB / BAK tidak terjadi a. Kaji dan pantau frekuensi BAB maupun BAK setiap hari
b. Berikan obat pencahar jika di perlukan



c. Pemasangan alat bantu kateter jika di perlukan
mengidentifikasi masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya
kolaborasikan pemberian laksatif dengan dokter
pemasangan kateter dapat digunakan selama praoperasi S : BAB lancar dan teratur
O : keluhan konstipasi tidak ada
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi poin A
DO :-
DS : klien menyatakan riwayat perdarahan Resiko defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan Mencegah atau memperkecil kemungkinan perdarahan TTV normal dan perdarahan tidak terjadi o Batasi aktivitas dan mobilisasi klien
o Siapkan tampon, alat dan bahan lain yang diperlukan
Pembatasan tersebut mengurangi resiko kista atau tangkai kista terpluntir
Alat dan bahan tersebut disiapkan sebagai antisipasi bila terjadi perdarahan S : tidak ada keluhan perdarahan
O : -
A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi poin A

BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah meninjau tinjauan teori yang telah diuraikan dapat kita lihat pada kasus diatas termasuk kasus yang terjadi dalam :
Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi.
Gejala-gejala
Pasien mengalami gejala berupa sakit yang dirasakan pada bagian bawah panggul yang diakibatkan oleh penekan daerah bawah panggul karena pembesaran kista.

Diagnosa
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut. Tetapi kita tidak akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista ini neoplastik atau non neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kista ovarium merupakan suatu kantung yang berisi cairan yang terbentuk dari folikel – folikel yang gagal mematang dan menghasilkan sel telur sehingga menjadi gumpalan dan mengendap. Manifestasi klinis dari kista ovarium adalah nyeri perut, adanya massa di perut bagian bawah dan timbulnya perdarahan ringan pada vaginal. Kista ovarium ini tidak ganas karena pada kista ovarium ini tidak dapat bermetastasis.
5.2 Saran
Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan kista ovarium baik patologis maupun fisiologis. 
DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran/ editor : Mansjoer Arif (et all). Ed.3 cet 1. Jakarta : Aesculapius. 2000
Anonym. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002
F. Gary Cunningham … (et all). Obstetri Williams. Jakarta : EGC. 2005
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC. 2002
www.scribd.com tgl 26 September 2010 pukul 09.45
www.Astaqauliyah.com
www.Laparoskopiginekologi.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih gan informasinya..
lengkap sekali gan..
http://www.tanyadok.com/sehat-wanita/kapan-kista-ovarium-disebut-bahaya

Posting Komentar